Saturday, June 20, 2009

REORIENTASI LEMBAGA DA’WAH KAMPUS MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI

REORIENTASI LEMBAGA DA’WAH KAMPUS MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI[1]

Oleh :

Edy Chandra, S.Si, MA[2]

“Katakanlah : Inilah jalan agamaku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik” (Q.S. 12 : 108)

Globalisasi : Sebuah Tantangan Da’wah

Hari ini, hampir-hampir tidak satu informasipun yang dapat disembunyikan. Dunia seakan-akan menjadi wilayah tanpa batas dan sekat-sekat kenegaraan (The Borderless World) dan kita seperti hidup pada sebuah kampung besar (The Big Village) bernama dunia. Perkembangan teknologi informasi yang lebih pesat ketimbang kemampuan manusia mensosialisasikan dan menguasai teknologi tersebut secara merata, menyebabkan globalisasi informasi menjadi sebuah keniscayaan. Dilema yang muincul kemudian adalah ketika informasi dan teknologi yang mengglobal tersebut bagaikan pisau bermata dua. Di samping sarat dengan nilai positif dan kebaikan, tentu saja senantiasa akan ada penumpang gelap berupa dampak negatif yang memicu munculnya ‘globalisasi kerusakan”. Disinilah da’wah islam menemukan tantangannya. Bagaimana ummat islam diharuskan mampu memunculkan solusi dan alternatif yang lebih argumentatif, menarik, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, dalam menghadapi pertarungan ideologi yang sesungguhnya..

Globalisasi dalam bidang ekonomi adalah sebuah keniscayaan sejarah. Perkembangan dan fluktuasi kondisi ekonomi suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan pengaruh dunia luar. Betapa negara dan sistem kemasyarakatan yang tidak mampu menghadapi persaingan global akan tersisih dari percaturan dunia. Krisis yang masih melanda negeri ini pun, menurut sebagian kalangan, adalah bagian dari rekayasa global untuk memprorak porandakan Indonesia, sebuah negeri muslim terbesar. Karenanya, ummat islam dituntut untuk segera mampu mengkonsolidasikan tidak hanya sumberdaya alam dan manusia, tetapi yang terlebih penting adalah bagaimana sistem ekonomi segera dapat dimunculkan sebagai solusi alternatif untuk memecahkan kebuntuan sistem ekonomi kapitalis dan konsep negara kesejahteraan (welfare state). Tentu saja, untuk itu diperlukan soliditas ummat sebagai sebuah negara yang diperhitungkan dalam percaturan dunia.

Di samping itu, globalisasi juga merambah aspek kultural. Kehidupan sosial budaya di suatu wilayah tak akan dapat diisolasi dari pengaruh budaya lainnya. Sistem nilai yang berasal dari sebuah kultur tertentu, paling tidak akan berakulturasi dengan nilai budaya lainnya, kalau tidak justru terinfiltrasi dan terintervensi.. Yang perlu diwaspadai adalah manakala sistem nilai dan budaya tertentu tidak memiliki imunitas yang memadai. Akibatnya, goncangan-goncngangan budaya (shock culture) akan sering terjadi, atau bahkan akan menjurus pada munculnya perasaan minder setiap kali berhadapan dengan nilai dan budaya luar (inferiority complex). Ketidakmampuan suatu bangsa dalam mempergunakan filter akan menjadi bom waktu yang akan meledak pada saatnya. Disini pula da’wah islam mesti mengambil peran dalam memelihara sistem nilai budaya agar senantiasa berada pada koridor islam.

URGENSI DA’WAH KAMPUS DAN LDK

Da’wah Islam harus berusaha secara optimal untuk menembus seluruh lapisan masyarakat. Scara hoizontal, gerakan islam harus menyebar kemana-mana secara merata, tidak terkecuali di kalangan kaum intelektual dan kampus. Bahkan Dr. Yusuf Qordhowi dalam bukunya “Fiqh Aulawiyat” menempatkan da’wah di kalangan pemuda dan kaum intelektual pada prioritas pertama, diikuti masyarakat umum, ketimbang masyarakat umum, kaum buruh, konglomerat dan lain sebagainya.

Urgensi da’wah di kalangan kampus dikarenakan beberapa hal (Dr. Abdul Lathif) antara lain :

1. Populasi yang banyak

2. Mempunyai sifat syabab : semangat, kuat, dinamis, dll

3. Belum banyak disibukkan dengan urusan dunia

4. Perioda kehidupan yang relatif masih panjang

5. Merupakan agen perubah dan aset bagi masyarakat serta da’i bagi masyarakat di masa depan

6. Mampu memberikan pemecahan islami bagimasalah-masalah yang ada di masyarakat

7. Penentu keberhasilan da’wah di kalangan berikutnya, di kalangan profesi

8. Kebutuhan gerakan islam akan tenaga profesional sebagai iron stock masa depan

Tentunya da’wah islam tidak akan efektif bila tidak diselenggarakan secara sistematis, terprogram dan terstruktur. Disinilah sebuah Lembaga Da’wah Kampus (LDK) memiliki peran dan posisi yang sangat signifikan. Untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dibutuhkan reorientasi dan rekonstruksi stuktur dan kelembagaan LDK.

KONSEPSI LEMBAGA DA’WAH KAMPUS

1) Prinsip Dasar

Perlu ditegaskan, bahwa prinsip da’wah kampus di kampus adalah Da’wah “Ammah dan Harokah Zhohiroh”. Konsekuensinya adalah sasaran dan obyek da’wah kampus adalah masyarakat kampus pada umumnya dan program-program yang digulirkan haruslah terbuka dan diketahui oleh masyarkat kampus.

Sasaran Da’wah Kampus

2) Sasaran Umum Da’wah di Kampus

Da’wah Kampus memiliki sasaran umum antara lain :

a. Tersebarnya da’wah islam di kampus

b. Terwujudnya barisan pendukung Islam yang berkesinambungan

c. Terbentuknya suasana Islami di kampus

d. Terkondisikannya peningkatan kafa’ah ilmiah

e. Terlatihnya para Aktivis sebagai calon pemimpin

f. Terlatihnya para aktivis dalam memberikan solusi islami

3) Sedangkan sasarannya secara khusus adalah membentuk kader da’wah yang memiliki kemampuan manajerial dan keterampilan (skill leadership & profesi)

4) Manajemen Da’wah Kampus

Dalam memanaj aktivitas da’wah di kampus dapat diterapkan konsep 3 M (Medan, Metode dan Musyawarah), disamping konsep manajemen modern POAC), yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Medan

Perlu disadari bahwa medan da’wah di kampus bersifat khas kampus dengan segala karakteristiknya. Obyek dan Subyek da’wah kampus haruslah melibatkan segenap civitas akademika kampus. Kondisi kampus yang tidak netral dari pengaruh luar seperti sekulerisasi dan pemikiran lainnya, tentu mengharuskan para aktivis da’wah kampus untuk mengantisipasi kondisi tersebut dengan bijak.

Karakteristik khas kampus menyebabkan LDK mesti mengemban misi untuk mempersiapkan para aktivisnya untuk menjadi stock researcher dan stock leader di masa depan. Untuk itu, seluruh sarana dan infra struktur yang ada harus diberdayakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Secara khusus, STAIN Cirebon sebagai salah satu perguruan tinggi agama islam (PTAIN) selayaknya menjadi motivator dan katalisator bagi semaraknya da’wah Islam di Cirebon. Karenanya, amatlah janggal, bila aktivitas yang lebih semarak justru didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang tidak mendukung semaraknya da’wah kampus. Kecendrungan bahwa kampus-kampus agama semisal STAIN dan IAIN lebih sepi dari kegiatan keislaman ketimbang kampus umum semisal IPB, UI, dan ITB serta IKIP, tentunya harus menjadi tantangan bagi seluruh aktivis da’wah kampus. Tidaklah tepat bila permasalahan tersebut disederhanakan hanya dengan sebuah kesimpulan bahwa para mahasiswa di perguruan tinggi agama mengalami kejenuhan dengan kajian keislaman dikarenakan adanya anggapan telah menguasai ilmu-ilmu keislaman lebih baik ketimbang rekan-rekan mereka di kampus umum.

b. Metode (Minhaj)

Berdasarkan kondisi medan da’wah di kampus seperti di atas, maka dengan sendirinya ruang lingkup da’wah di kampus tidak hanya terbatas pada kegiatan keagamaan (Da’wah ‘Ammah dan da’wah Fardiyah), namun dapat dilengkapi dengan aspek lain, yaitu aktivitas yang berorientas pelayanan (‘Amal Khidami) dan aktivitas yang menunjang penumbuhan kapabilitas keilmuan dan keterampilan (‘Amal Ilmiyah dan Fanniyah).

Adapun pendekatan yang dilakukan, sebaiknya menggunakan pendekatan yang memperhatikan Fitrah, potensi minat dan bakat para kader, serta kadar keilmiahan suatu aktivitas.

Setiap aktivitas yang dilakukan hendaknya diorientasikan pada upaya pembinaan secara komprehensif dan berkesinambungan, dilakukan secara bertahap dan terencana, serta dikemas dalam variasi kegiatan yang menarik, dinamis, dan memperhatikan kecendrungan issue dan pemikiran yang berkembang di lingkungan kampus.

Tema-tema dan issue yang dikedepankan hendaknya memperhatikan kecendrungan pemikiran dan permasalahan yang berkembang di lingkungan kampus. Secara umum, tema-tema tersebut dapat diorientasikan pada pada topik-topik sebagai berikut :

a. Islam sebagai Kebutuhan Insani

b. Wawasan Integralitas Islam

c. Peran Civitas Akademika dalam Kebangkitan Ummat

d. Solusi Islam dalam Problematika KOntemporer

Adapun langkah-langkah strategis yang dapat ditempuh berkaitan dengan topik-topik tersebut di atas adalah dengan cara antara lain :

a. Penumbuhan kesadaran berda’wah di kalangan civitas akademika

b. Penguasaan wawasan berkaitan dengan organisasi kemahasiswaan dan aturan-aturan kelengkapan yang menyertainya.

c. Pengarahan dan Penumbuhan potensi Aktivis da’wah kampus agar dapat memiliki peran strategis di setiap aktivitas dan lembaga kemahasiswaan kampus (intra & ekstra)

d. Melahirkan Kader-kader yang mampu diterima secara personal maupun kelembagaan di lingkungan kampus

c. Musyawarah

Agar aktivitas yang dilakukan dapat terselenggara dengan baik, efektif dan efisien, maka amal jama’i (kerja sama) mutlak diperlukan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas team work perlu dilakukan. Untuk itu Koordinasi horisontal sesama aktivis dan hubungan vertikal dengan berbagai lembaga terkait perlu dipelihara.

5) Karakteristik & Sifat Aktivis Da’wah Kampus

Untuk mampu mengemban misi da’wah di kampus, diperlukan aktivis yang senantias berupaya meningkatkan kualitas diri dan kelembagaan. Secara umum sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap aktivis kampus adalah Keikhlasan, Kejujuran, Amanah, Tawadlu’, Lemah lembut, Sabar, Penuh Pengorbanan, dan Supel dalam Pergaulan. Adapun sifat khusus bagi aktivis kampus antara lain : Kritis, Memiliki kemampuan Intelektual, Partisipatif, Kreatif, Lugas dan Terbuka, Memiliki Leadership, dan Profesional.



[1] Disampaikan pada Training Orientasi Nilai Dasar Islam II (ONDI II) LDK Forum Studi Pendalam Islam STAIN Cirebon tanggal 9-10 Juni 2001

[2] Dosen STAIN Cirebon, mantan aktifis kampus IPB

No comments:

Post a Comment