Saturday, June 20, 2009

REVITALISASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM IDEAL

REVITALISASI KONSEP PENDIDIKAN ISLAM IDEAL:

Upaya Pembentukan Kepribadian Islam

Oleh :

Edy Chandra, S.Si. MA

A. Krisis Pendidikan Islam

Pada awal abad ke 21 ini kita sedang berhadapan dengan suatu kondisi yang sangat berbeda dengan era sebelumnya, dimana pada abad ini akan muncul era baru dalam tata kehidupan manusia, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial budaya maupun aspek kehidupan lainnya. Spektrum tantangan di masa depan akan semakin meluas dalam kaitannya dengan fenomena globalisasi. Diantara tantangan utama pendidikan adalah konsistensi pemeliharaan dan pembentukan kepribadian muslim di tengah-tengah berbagai tantangan globalisasi.

Setelah kegagalan berbagai aliran pendidikan Barat dan falsafah pendidikan Barat, Pendidikan Islam menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat manusia. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan dan upaya revitalisasi konsep pendidikan islam menjadi sesuatu yang sangat penting.

B. Pengertian & Tujuan Pendidikan Islam

  1. Pengertian Tarbiyah Islamiyah

Pendidikan Islam tidaklah memadai jika semata-mata dipahami hanya sebatas sebagai “ciri khas” jenis pendidikan yang berlatar keagamaan, namun merupakan suatu upaya atau proses pencarian, pembentukan dan pengembangan sikap dan prilaku untuk mencari, mengembangkan dan memelihara serta menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau keterampilan demi kepentingan manusia sesuai dengan ajaran islam.[2]

Di dalam khazanah Islam ada dua istilah yang dipakai untuk pendidikan yaitu tarbiyah dan ta’dib, kedua istilah ini mempunyai perbedaan yang mencolok.

Menurut Naquib al-Atas, tarbiyah secara semantik tidak khusus ditujukan untuk mendidik manusia, tetapi dapat dipakai kepada spesies lain, seperti mineral, tanaman dan hewan. Selain itu tarbiyah berkonotasi material: ia mengandung arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakkan[3]. Adapun ta’dib mengacu pada pengertian (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Dari itu katanya ta’dib merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam Islam.[4] Nampaknya Naquib melihat ta’dib sebagai sebuah sistem pendidikan Islam yang didalamnya ada tiga sub sistem, yaitu pengetahuan, pengajaran dan pengasuhan (tarbiyah). Jadi tarbiyah dalam konsep Naquib ini, hanya satu sub sistem dari ta’dib.

Untuk dapat menolak atau menerima konsep Prof. Naquib itu, kita perlu memperhatikan pemakaiannya oleh Al-Qur-an dan penerapannya oleh orang Arab sendiri dalam sejarah peradaban Islam. Ibnu Manzhur mencatat tarbiyah berasal dari akar kata raba – yarbu, rabiya – yarba dan rabba - yarubbu. Al-Jauhari menegaskan, kata itu berarti sesuatu yang tumbuh seperti anak-anak, tanaman dan sebagainya. Sedangkan ar Raghib al Ashfahani dalam kitab mufradat menyatakan : “Makna asal ar Rabb adalah At Tarbiyyah yaitu memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna ". Dari ketiga kata ini, Pendidikan (tarbiyyah) dapat disimpulkan terdiri atas empat unsur, yaitu :

Pertama : menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh

Kedua : mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam

Ketiga : mengarahkan segala fitrah dan potensi ini menuju kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya.

Keempat : proses ini dilaksanakan secara bertahap sebagaimana diisyaratkan oleh ar Raghib dengan “sedikit demi sedikit”. [5]

Kemudian kalau kita perhatikan dalam perkembangan sejarah peradaban Islam semenjak masa Nabi sampai masa keemassannya di tengah Bani Al-Abbas, kata tarbiyah tak pernah muncul dalam literatur-literatur pendidikan. Barulah di abad modern kata ini mencuat kepermukaan sebagai terjemahan dari kata education sebagaimana disebutkan diatas.

Pada masa klasik, kita mengenal istilah ta’dib untuk menunjuk kepada pendidikan, seperti tersebut dalam hadits Nabi. Pengertian semacam ini terus terpakai sepanjang masa kejayaan islam itu; hingga semua ilmu Pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia pada waktu itu disebut adab baik yang yang langsung berhubungan dengan Islam seperti fiqih, tafsir tauhid, ilmu-ilmu bahasa Arab dan lain-lain; maupun yang tidak berhubungan langsung dengan seperti ilmu-ilmu fisika, filsafat, astronomi, kedokteran, farmasi dan lain-lain. Semua buku-buku yang memuat ilmu-ilmu tersebut dinamai kutub al-adab, maka terkenallah al-Adab al-Kabir dan al-Adab As-Shagir yang ditulis oleh Ibn Al-Muqaffa’ (w. 760 M), seorang ahli pendidik yang dimasa itu disebut muaddib.

Muhammad Athiyah al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah) ialah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun tulisan.[6]

Sedangkan Marimba memberikan pengertian bahwa; Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[7]

  1. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Al Syaibani, terdapat tiga macam tujuan tahapan pendidikan, yaitu Tujuan tertinggi, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan tertinggi barangkali tidak akan kunjung tercapai namun harus dijadikan pedoman bagi seluruh tingkat dan proses pendidikan. Tujuan ketiga terlalu rinci, yang hanya ada dalam setiap lembaga pendidikan. Adapun tujuan umum pendidikan biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut.[8]

Pendidikan Islam juga memiliki tujuan yang tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan oleh Al Qur’an. Abdur Rahman Shalih Abdullah menyatakan bahwa tujuan pendidikan dalam islam harus didesain sedemikian rupa sehingga dari setiap tiga komponen manusia, yakni badan ragawi, ruh dan akal mendapat perhatian yang sama dan seimbang. Kegagalan untuk memberikan perhatian yang seimbang ini, akan berakibat pada rusaknya tatanan tiga komponen utama tersebut yang pada gilirannya akan mengakibatkan munculnya pribadi yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai khalifah.

Ibnu Khaldun menyatakan bahwa tujuan pendidikan islam meliputi tujuan keagaman yang berorientasi amal untuk akhirat dan tujuan ilmiah keduniaan untuk kemanfaatan atau persiapan untuk kehidupan. Sedangkan Al Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam yang paling utama adalah beribadah dan bertaqarrub kepada Allah SWT, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat.

Menurut An Nahlawi, tujuan asasi dari keberadaan manusia di muka bumi ini adalah beribadah dan tunduk kepada Allah SWT, serta menjadi kahlifah di muka bumi dengan memakmurkannya dengan melaksanakan syariat dan mentaati Allah SWT. Selaras dengan tujuan tersebut, maka pendidikan selayaknya memiliki tujuan yang sama pula, yaitu : mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah lakunya serta perasaannya berdasarkan Islam. Dengan demikian demikian tujuan akhir pendidikan islam adalah merealisasikan ubudiyyah kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Adapun seluruh tujuan pendidikan yang diagungkan oleh pendidikan barat dewasa ini, sebenarnya telah tercakup dalam tujuan akhir pendidikan islam. Pendidikan Islam telah menjunjung tinggi dan mengarahkan tujuan itu kepada arah yang ideal, sehingga pendidikan itu sendiri terhindar dari penyimpangan atau pun ketergelinciran; mengabdi kemanusiaan serta mewujudkan kebahagiaan individu dan masyarakat.[9]

C. Prinsip Dasar Pendidikan Islam

Ramayulis menegaskan bahwa Prinsip Pendidikan diambil dari sumber dasar pendidikan, baik berupa agama ataupun ideologi yang dianut. Adapun dasar pendidikan islam adalah Al Qur’an sebagai sumber Pertama dan Utama dan Sunnah Rasul SAW sebagai sumber kedua[10]. Sementara itu, Al Syaibany[11] memperluas lagi dasar-dasar tersebut mencakup sumber-sumber syariat islam lainnya berupa ijtihad, dan pendapat-pendapat yang dapat dipegangi yang keseluruhannya berdasarkan kepada kedua sumber pertama.

Prinsip Pendidikan Islam juga ditegakkan diatas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan dan akhlak. Pandangan Islam terhadap masalah-masalah tersebut digariskan dalam beberapa prinsip. Prinsip-prinsip dasar pendidikan islam tersebut antara lain[12] :

  1. Implikasi dari Karakteristik Manusia

Manusia adalah fokus utama dalam proses pendidikan.[13] Ajaran Islam mengemukakan empat macam ciri-ciri manusia yang membedakannya dengan makhluk lain yaitu Fitrah; Kesatuan ruh dan Jasad (wahdah al ruh wa al jism); dan kebebasan berkehendak (hurriyatul iradah).

a. Sesuai dengan Fitrah

Para ahli pendidikan sepakat bahwa teori dalam praktek pendidikan sangat dipengaruhi oleh pandangan tentang fitrah manusia. Praktek-praktek pendidikan dapat mengalami kegagalan bila tidak dibangun di atas konsep yang jelas mengenai fitrah manusia. Fitrah manusia yang dibawa sejak lahir dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal, mengalami modifikasi dan perkembangan. Pendidikan dalam islam diarahkan dalam kerangka memelihara dan menjaga fitrah manusia untuk tetap berada dalam ruang lingkup ajaran islam. Konsep fitrah mengharuskan pendidikan islam bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan Allah. Konsep fitrah dalam islam meniscayakan upaya-upaya sistematis untuk mengarahkan manusia dalam mencapai tujuan tersebut[14]

b. Kesatuan Ruh dan Jasad

A.K. Modawi, sebagaimana dikutip oleh Abdur Rahman Shalih Abdullah, dalam penegasannya terhadap Al Qur’an sebagai sumber utama pendidikan membuatnya menyerukan kepada pencapaian tujuan pendidikan yang komprehensif yang memperhatikan jiwa, raga dan pikiran manusia.[15]

c. Kebebasan Berkehendak

Kebebasan sebagai karakteristik manusia meliputi berbagai dimensi seperti kebebasan beragama, berbuat, mengeluarkan pendapat, memiliki, berfikir, berekspresi dan sebagainya. Namun demikian kebebasan tersebut tidaklah bersifat mutlak dimana manusia boleh berbuat sekehendaknya. Kebebasan dalam islam adalah kebebasan yang terikat oleh rasa tanggung jawab, nilai-nilai agama dan moralitas yang dianut oleh masyarakat, undang-undang yang berlaku, kebersamaan, keadilan dan akal logika, serta tidak menghalangi kebebasan orang lain. Ini berimplikasi pada perlunya memperhatikan faktor peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan.

  1. Pendidikan Islam adalah Pendidikan Integral dan terpadu

Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara agama dan aspek hidup keduniaan. Demikian pula, islam tidak mengenal pemisahan antara sains dan agama. Karenanya, penyatuan sistem pendidikan islam adalah tuntutan akidah islam. Ini berimplikasi bahwa dalam pendidikan islam tidak dibenarkan adanya dikotomi pendidikan antara pendidikan agama dan sains.[16]

Dalam pemahaman Modawi mengenai universalitas islam, terpantul semangat untuk menerapkan integralitas dan universalitas islam dalam lapangan pendidikan. “Islam harus diapresiasi, tidak hanya sebagai agama personal dan pribadi bangsa Arab, tetapi sebagai suatu ideologi komplit yang mengatur kehidupan masyarakat dunia".[17] Dengan demikian, maka pendidikan Islam pada hakekatnya ialah aktivitas yang lengkap dan menyeluruh yang dilakukan oleh setiap individu dan dalam interaksinya dengan yang lain. Ini berarti bahwa pendidikan itu menyertai seluruh kehidupan manusia. Pendidikan Islam disatu sisi adalah persiapan untuk kehidupan dan pada saat yang bersamaan adalah hidup itu sendiri.

  1. Pendidikan Islam adalah Pendidikan Yang Seimbang

Pandangan islam yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan mewujudkan adanya keseimbangan (tawazun). Prinsip keseimbangan, yang pada hakekatnya merupakan ciri alam semesta ini, meliputi keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi; kesimbangan antara jasad dan ruh; dan keseimbangan antara individu dan masyarakat. Begitu pula keseimbangan antara unsur spiritual dan unsur material, kesimbangan antara dunia nyata dan dunia ghaib.[18]

D. Metode Pendidikan

Metode Pendidikan menjadi penting karena kenyataan materi pendidikan tiada mungkin dipelajari secara efisien, kecuali disampaikan dengan cara-cara tertentu. Ketiadaan metode pendidikan yang efektif dapat menghambat atau membuang secara sia-sia waktu dan upaya pendidikan. Penggunaan metode pendidikan didasarkan atas tiga pokok, yaitu :

  1. Sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan islam, yaitu penghambaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah
  2. Berkenaan dengan metode yang betul-betul yang berlaku yang disebutkan dalam Al Qur’an ataupun disimpulkan daripadanya.
  3. Membicarakan tentang pergerakan dan disiplin

Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode-metode pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan para murid, para guru hanya bertindak sebagai motivator. Sistem yang cenderung dan mengarah kepada anak didik sebagai pusat (child centre) ini sangat menghargai adanya para individu siswa. Akibatnya, pembentukan karakter hampir kurang menjadi perhatian guru.

Pada titik ini sudah terdapat perbedaan besar antara metode pendidikan Islam dengan metode pendidikan Barat yang dianggap sebagai metode pendidikan modern itu. Metode pendidikan islam di samping sangat menghargai kebebasan individu anak didik, guru juga bertanggung jawab dalam membentuk karakter muridnya.

Dalam pandangan An Nahlawi, metode-metode pendidikan yang paling penting dan menonjol yang dapat ditemukan dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW ialah :[19]

1. Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi

2. Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi

3. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan Nabawi

4. Mendidik dengan memberi teladan

5. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengamalan

6. Mendidik dengan mengambil ‘ibrah (pelajaran) dan mau’izhah (peringatan)

7. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut)

Sedangkan menurut Abdullah (1991), metode verbal yang muncul dalam Al Qur’an diantaranya menyampaikan cerita, memberikan metafora, menyodorkan pertanyaan dan menggunakan pendekatan deduksi. Metode lain, yang juga disebut oleh Al Qur’an adalah perjalanan ilmiah.

Sementara itu, Al Syaibany menyebutkan beberapa metode yang paling menonjol dari yang telah digunakan oleh para pendidik muslim, yakni : Metode Pengambilan Keputusan (Induktif), Metode Perbandingan (Qiyasiah), Metode Kuliah, Metode Dialog dan Perbincangan, Metode Lingkaran (Halaqah), Metode Riwayat, Metode Mendenganr, Metode Membaca, Metode Imla’ (Dictation), Metode Hafalan, Metode Pemahaman, dan Metode Lawatan untuk Menuntut Ilmu.

E. Pendidikan Islam dan Pembentukan Kepribadian Muslim

Dalam Islam, keseluruhan proses dalam pendidikan ditujukan untuk memunculkan kepribadian yang diwarnai oleh ajaran islam. Pendidikan dalam islam tidaklah semata-mata berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fikri, akan tetapi diarahkan pada penumbuhan aspek tingkah laku yang pada akhirnya menjadi kepribadian yang mapan yang sesuai dengan nilai-nilai islami.

Dalam hubungan antara tujuan pendidikan dan pembentukan kepribadian, Hasan Langgulung, menyebutkan bahwa tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan dapat diringkaskan dalam dua tujuan pokok : pembentukan insan yang saleh dan beriman kepada Allah dan agama Nya; dan pembentukan masyarakat yang saleh yang mengikuti petunjuk agama islam dalam segala urusannya.[20]

Kedua tujuan pokok pendidikan islam tersebut, bermuara pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dan sebagai suatu ummah. Keduanya terintegrasi dalam bentuk suatu pola yang sama.

  1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian biasanya menyangkut banyak aspek seperti kedirian, karakter, watak, ego, oknum, self dan bahkan yang menyangkut identitas bangsa. para ahli, meskipun berbeda pendapat dalam merumuskan batsan dan pengertian kepribadian, pada umumnya sepakat dan menyatu dalam titik temu yang mengandung pengertian umum dari kepribadian, yaitu keseluruhan tingkah laku yang tampak dalam ciri khas seseorang.

Adapun kepribadian muslim, sebagaimana digambarkan oleh Fadhil Al Djamaly, digambarkan sebagai muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tingkah laku sepanjang perjalanan kehidupannya. Kepribadian muslim mempunyai hubungan yang erat dalam suatu lingkaran hubungan yang meliputi Allah, Alam semesta, dan Manusia. Dengan kepribadian muslim, manusia mengembangkan dirinya dengan bimbingan petunjuk ilahi, dalam rangka mengemban tugasnya selaku khalifah di muka bumi, dan selalu melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah serta melakukan kepada Nya.

Berangkat dari teori kepribadian muslim diatas, maka kita dapat membagi kepribadian muslim tersebut kepada dua bagian, yaitu kepribadian kemanusian (basyariyah) yang meliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap dan tingkah laku maupun intelektual; dan kepribadian samawi (kewahyuan) berupa corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu.

  1. Proses Pembentukan Kepribadian Islam

Ciri khas kepribadian muslim adalah terwujudnya prilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah SWT, yang dalam istilah lain disebut akhlak yang mulia. Misi kerasulan yang berorientasi pada pembentukan akhlak yang mulia, menggambarkan hubungan yang erat antara keimanan seseorang dan ketinggian akhlaknya. Akhlak yang mulia mengandung konotasi pengaturan hubungan yang baik antar hamba dengan Allah, dengan sesamanya, dan dengan makhluk lainnya. Dalam hal ini, pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai islam. Dengan adanya nilai-nilai islam itu dalam diri seseorang atau ummah, akan terbentuk pulalah kepribadiannya sebagai kepribadian muslim

a. Pembentukan Kepribadian secara Perorangan

Proses ini diarahkan pada terciptanya insan yang saleh, yang dimaksudkan sebagai manusia yang mendekati kesempurnaan. Secara perorangan, proses pembentukan kepribadian dapat dilakukan dalam tiga macam pendidikan.

i. Pra natal education

Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung, dimulai pada saat pemilihan calon suami atau isteri, kemudian dilanjutkan dengan sikap dan prilaku orang tua yang islami disaat bayi sedang dalam kandungan, pemberian makanan yang halal dan baik, serta dilengkapi dengan sikap penerimaan yang dari kedua orang tua atas kehadiran bayi tersebut.

ii. Pendidikan secara langsung oleh Pihak lain

Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara langsung oleh orang lain (orang tua di keluarga, guru di sekolah, pemimpin/tokoh di dalam masyarakat dan para ulama). Sepanjang kehidupan manusia diperlukan keterlibatan orang lain untuk mendidik manusia supaya dia mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya. Sekaligus bantuan orang lain agar ia dapat melakukan kegiatan proses pendidikan secara pribadi (self education/tarbiyah dzatiyah)

iii. Self education (Pendidikan mandiri)

Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku-buku, melalui penelitian dan penghayatan untuk menemukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain

b. Pembentukan Kepribadian secara Ummah

Proses ini diarahkan pada terbentuknya masyarakat yang saleh, yaitu masyarakat yang percaya bahwa ia mempunyai risalah untuk ummat manusia, yaitu risalah keadilan, kebenaran dan kebaikan.[21] Proses pembentukan kepribadian muslim secara ummah dilakukan dengan memantapkan kepribadian individu (karena individu juga bagian dari ummah). Juga dapat dilakukan dengan menyiapkan kondisi dan tradisi yang memungkinkan terbentuknya kepribadian ummah.

Pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah berjalan seiring dengan pembentukan kepribadian muslim sebagai pribadi. Ketimpangan pada salah satu diantara kedua proses tersebut dapat mengakibatkan rusaknya proses pendidikan yang lainnya. Untuk itu, ummah ataupun masyarakat seperti dalam pandangan Quthb, disamping menjadi tujuan akhir dari pendidikan islam sekaligus merupakan alat dan sarana untuk mengokohkan ajaran-ajaran islam dan membentuk orang-orang yang melaksanakannya.

F. Penutup

Pendidikan pada hakekatnya adalah sebuah proses bertujuan yang dilaksanakan untuk menghasilkan pola-pola kepribadian. Setiap masyarakat memiliki karakteristik, perspektif dan citra trersendiri tentang individu ideal dan dalam menanamkan pola-pola prilaku yang dipengaruhi oleh falsafah dan pandangannya tentang pendidikan. Peran pendidikan islam adalah mengarahkan keseluruhan proses pendidikan tersebut untuk mencapai terwujudnya kepribadian muslim, baik dalam secara pribadi maupun secara ummah.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdur Rahman Shalih. Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al Qur’an serta Implikasinya. terjemahan HMD Dahlan, Diponegoro, Bandung .1991

Al ‘Affandi, Muhammad . Esensi Pendidikan Islam dalam Lektur IV, 1996

Al Attas, Syed Muhammad Naquib . Konsep Pendidikan dalam Islam. Terjemahan Haidar Bagir, Mizan Bandung, 1994

Al Syaibany, Omar Mohammad al Toumy. Falsafah Pendidikan Islam. Terjemahan Hasan Langgulung. Bulan Bintang, Jakarta .1999

An Nahlawi, Abdurrahman. Ushul at Tarbiyyah al Islamiyyah wa Asaalibuhaa, Dar al Fikr, 1979

Faisal, Yusuf Amir . Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani Press, Jakarta. 1995
Husain, Syed Sajjad dan Ashraf, Syed Ali. Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam. Terjemahan Rahmani Astuti. Gema Risalah Press. 1994

Langgulung, Hasan. Pendidikan dan Peradaban Islam. Pustaka Al Husna, Jakarta, 1985

Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21. Pustaka Al Husna, Jakarta. 1988

Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan, Pustaka Al Husna, Jakarta: 1984.

Quthb, Muhammad. Sistem Pendidikan Islam. Terjemahan Salman Harun, Al Ma’arif, Bandung, 1984

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia Jakarta . 1998

Ridho, Abu. Urgensi Tarbiyah Islamiyah. Inqilab Press, Jakarta. 1994

Sulaiman, Fathiyyah Hasan. Ibnu Khaldun tentang Pendidikan. Terjemahan Azra’ie Zakaria. Minaret Jakarta. 1991.

Ulwan, Abdullah Nashih, Pendidikan Anak dalam Islam. Terjemahan Saefullah Kamalie. Asy Syiffa Semarang. 1993



[1] Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Cirebon

[2] Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani Press, 1995

[3] Syed Muhammad Naquib Al Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, terjemahan Haidar Bagir, Mizan, 1994 halaman 66

[4] Lihat : ibid., halaman 74-75

[5] Abdurrahman An Nahlawi, Ushul at Tarbiyyah al Islamiyyah wa Asaalibuhaa, Dar al Fikr, 1979 halaman 13

[6] Muhammad Athiyyah Al Abrasy, al Tarbiyah al Islamiyah

[7] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al Ma’arif, 1980 halaman 131

[8] Omar Mohammad al Toumy al Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan Hasan Langgulung, Bulan Bintang, 1979 halaman halaman 405 - 428

[9] An Nahlawi, op cit, halaman 100 - 105

[10] An Nahlawi, op cit, halaman 20 - 25

[11] Al Syaibany, op cit, halaman 424 - 435

[12] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, 1998, halaman 109 - 116

[13] Abdur rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al Qur’an. Diponegoro, 1991, halaman 67

[14] ibid, halaman 84

[15] ibid, halaman 33

[16] Ramayulis,, op cit, halaman 113 - 114

[17] Abdullah, op cit, halaman 33

[18] Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terjemahan Salman Harun, AL Ma’arif, 1984

[19] An Nahlawi, op cit, halaman 185

[20] Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21, halaman 137.

[21] Langgulung, op cit, halaman 139

No comments:

Post a Comment